Tag Archives: pejuang literasi

Tana Beru, Rumah Para Pencipta Pinisi

26 Jan

Kenalkan, namaku Umar Besse. Umurku 8 tahun. Saat ini aku duduk di bangku kelas 3 SDN Inpres Malengkeri Bertingkat. Aku dan keluargaku tinggal di kota Makassar. Ayahku seorang guru Bahasa Indonesia di SMPN 26 Makassar. Ibuku adalah ibu rumah tangga yang menyukai keterampilan merajut. Musim liburan ini ayahku berencana membawaku ke tempat sahabat lamanya di Kabupaten Bulukumba yang berjarak kurang lebih 180 km dari tempat tinggal kami. Aku sangat senang akan menghabiskan liburan sekolah disana bersama kedua orangtuaku.

Pagi-pagi sekali kami berangkat dengan mobil tua ayah dan membawa bekal makanan dan minuman yang cukup untuk di perjalanan nanti. Ibu tak lupa membuat rajutan berupa syal berwarna biru muda yang akan dihadiahkan kepada istri sahabat ayah. Tak lupa ayah membawa oleh-oleh khas kota Makassar seperti, kue kacang sembunyi, kue baruasa, kopi Toraja, kue bannang-bannang, kacang disko, dan sirop DHT. Mobil kami terlihat penuh sekali dengan barang-barang.

Tetta, berapa lama perjalanan ke Bulukumba?” tanyaku pada ayah.

“Sekitar empat sampai lima jam perjalanan, Ana’ku. Supaya tidak kesal Amma membawa beberapa buku bacaan kesukaanmu. Betul kan Amma?” ayah menjawab dengan senang hati.

Continue reading

Di Ujung Pena, Beruntai Rasa

28 Nov

“No one can tell your story so tell it yourself.

No one can write your story so write it yourself.”

 

Semenjak duduk di bangku SD aku sangat suka membaca buku, terutama buku-buku mata pelajaran IPA dan IPS. Ada juga buku serba tahu yang menurutku sangat keren yakni buku RPUL (Rangkuman Pengetahuan Umum Lengkap) dan RPAL (Rangkuman Pengetahuan Alam Lengkap). Zaman itu, buku-buku yang kutahu dan kumiliki hanyalah buku mata pelajaran sekolah. Mungkin karena aku tinggal di kampung, aku tidak tahu banyak tentang toko buku dan buku-buku bacaan bergenre lain.

Barulah setelah duduk di bangku Tsanawiyah, kakakku sering membawa berbagai jenis majalah ke rumah setelah pulang dari sekolah. Saat itu, kakakku memang bersekolah di pesantren yang terletak di area perkotaan di wilayah Garut Kota. Majalah favorit kesukaanku di antaranya, Annida, Ummi, dan Percikan Iman. Ketiga genre majalah itu mengangkat fokus garapan yang berbeda. Tanpa disadari, membaca ketiga jenis majalah tersebut membuatku belajar mengenai perbedaan cara menulis setiap genre dan setiap penulis. Semenjak saat itu, entah kenapa aku merasa termotivasi ingin dapat menulis sebuah karya tulisan yang dapat dinikmati oleh diriku sendiri.

Continue reading

Buku, Sebuah Nama, dan Perjalanan

2 Sep

Mumpung mampir di Gedung Sate jadilah ambil gambar sebanyak-banyaknya. Namun, sulit juga mengambil gambar sendiri, jadinya banyak yang gagal dan kurang bagus. But anyway, cukup memuaskan hasilnya di tengah terik yang menyengat. 🌞

Keempat buku itu merupakan buku antologi yang kutulis bersama wanita-wanita hebat lainnya dari berbagai latar belakang. Dan sejak saat itu juga aku memutuskan untuk menggunakan sebuah nama pena yang dari sejak lama sudah ada di kepalaku. Nama itu tercetus begitu saja, entah kapan pastinya. Penggunaan nama pena sebenarnya lebih kepada personal branding juga agar lebih mudah diingat oleh pembaca karena lebih ringkas. Fuji Rahma, itulah nama penaku. 📝 

Gambar 1 – 6 : Pengambilan foto buku di depan Gedung Sate Bandung dan sekitarnya. Ternyata susah-susah gampang.

This slideshow requires JavaScript.

Continue reading

Pengabulan Doa Yang Tertunda

7 Jul

Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. Q.S. Al Baqarah : 216

 

Setiap orang memiliki impian dan cita-citanya sendiri. Dan setiap orang berhak untuk mewujudkannya. Setiap kita pun mempunyai target dalam hidupnya untuk dapat membahagiakan diri sendiri dan orang-orang di sekitar. Tak terkecuali aku. Sungguh, impianku adalah doaku. Aku meyakini bahwa ketika aku bermimpi besar, pada hakikatnya aku sedang berdoa agar aku diberi kekuatan oleh-Nya dan kemampuan untuk dapat memaknai kebesaran Allah SWT.

Aku masih ingat, saat aku mengikuti salah satu seminar dan lokakarya bisnis di salah satu kampus bergengsi di Jawa Barat pada tahun 2010 silam, seorang pembicara bernama Bapak Heppy Trenggono yang merupakan seorang pengusaha sukses asal Jawa Tengah mengatakan, “Jangat takut bermimpi, bermimpi itu gratis kok. Justru orang yang tidak memiliki impian, maka ia adalah orang yang kehilangan harapan.” Kata-kata itulah yang menjadi pelecut semangat dan keberanian pada diriku untuk memiliki sebanyak-banyaknya impian.

Dalam seminar itu, pada satu sesi peserta diminta untuk membuat dream board (papan impian) ciptaannya sendiri dengan alat dan bahan yang disediakan oleh panitia penyelenggara. Sepulang dari acara tersebut, aku pun membuat 100 daftar impian yang ingin kuwujudkan di masa mendatang yang kutulis di dalam buku diariku yang kemudian kusebut itu sebagai my dream book (buku impianku). Senangnya bukan main setelah berani memikirkannya.

Continue reading

Sosok Ayah

3 Apr

Continue reading

Tangan

3 Apr
Dengan kedua tangan ini kutengadahkan rasa syukur pada-Mu Ya Rabb atas limpahan rahmat dan karunia-Mu. Sepantasnya rasa terima kasih kuucapkan kepada ayah ibuku yang dengan kedua tangan dan seluruh perasaannya telah merawat dan membesarkan hingga kini aku menapaki separuh usia mereka. Semoga dengan tangan ini pula aku bisa membalas semua kebaikan orang tuaku dan orang-orang sekitarku.

Continue reading

Menulis

3 Apr
Menulis adalah sebentuk pelarian dari kata patah hati, kecewa, gundah gulana, bimbang, sedih, kesal, gembira, bahagia, haru, dan senang. Menulis melahirkan emosi dan perasaan yang terkungkung dalam jiwa yang tak nampak dengan kasat mata menjadi bahasa yang mampu diresapi dan dimaknai lebih konkrit.

Continue reading